Senin, 22 Juni 2015

FILSAFAT PANCASILA



1.      Pengertian filsafat
Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya“philosophi” adalah berasal dari bahsa Yunani “philosophia” yang secara lazim diterjemahkan sebagai “cinta kearifan” kata philosophia tersebut berakar pada kata“philos”  (pilia, cinta) dan “sophia” (kearifan). Berdasarkan  pengertian bahasa tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata  tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli pikir disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos.
Pengetahuan bijaksana memberikan kebenaran, orang, yang mencintai pengetahuan bijaksana, karena itu yang mencarinya adalah oreang yang mencintai kebenaran. Tentang mencintai kebenaran adalah karakteristik dari setiap filosof dari dahulu sampai sekarang. Di dalam mencari kebijaksanaan itu, filosof mempergunakan cara dengan berpikir sedalam-dalamnya (merenung). Hasil filsafat (berpikir sedalam-dalamnya) disebut filsafat atau falsafah. Filsafat sebagai hasil berpikir sedalam-dalamnya diharapkan merupakan suatu yang paling bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan.

Beberapa tokoh-tokoh filsafat menjelaskan pengertian filsafat adalah sebagai berikut:

•       Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahgia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu  dan mau melakukan peninajauan diri atau refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara obyektif
•       Plato (472 – 347 s. M.)
Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para filsuf adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai  ide yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan  tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan digolongkan sebagai filsafat spekulatif.     

2.      Ciri-ciri berfikir secara filsafat
Berfilsafat itu berpikir, tapi tidak semuanya itu berfikirdikatakan berfilsafat. Berpikir nonfilsafati dibedakan menjadi dua, yaitu :

a.          Berfikir tradisional
Yaitu berfikir tanpa mendasarkan pada aturan-aturan berfikir ilmiah. Artinya berfikir yang hanya mendasarkan pada tradisi atau kebiasaan yang sudah berlaku sejak nenek moyang, sehingga merupakan warisan lama.
b.         Berfikir ilmiah
Berfikir yang memakai dasar-dasar / aturan-aturan pemikiran ilmiah, yang diantaranya :
a)      Metodis
b)      Sistematis
c)      Obyektif
d)     Umum
Berfilsafat termasuk dalam berfikir namun berfilsafat tidak identik dengan berfikir. Sehingga, tidak semua orang yang berfikir itu mesti berfilsafat, dan bisa dipastikan bahwa semua orang yang berfilsafat itu pasti berfikir.
Ada beberapa ciri berfikir secara filsafat, seperti yang diungkapkan dalam buku metodologi penelitian filsafat, antara lain adalah:
1.      Metodis
2.      Sistematis
3.      Koheren
4.      Komprehensif
5.      Rasional
6.      Radikal
7.      Universal

3.      Cabang-cabang dan aliran filsafat
Secara pokok sebenarnya bidang kajian filsafat berkisar pada tiga cabang besar filsafat, yaitu : (a) Teori pengetahuan; (b) Teori hakikat; (c) Teori Nilai. Dari tiga cabang besar tersebut lahirlah cabang-cabang baru yang merupakan anak cabang yang kemudian melahirkan adanya aliran-aliran dalam filsafat
Pertama, teori pengetahuan atau disebut dengan epistemologi. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme dan logy, episteme berarti knowledge atau pengetahuan dan logy berati teori. Oleh sebab itu epistemologi diartikan sebagai teori pengetahuan atau filsafat ilmu. Istilah epistemologi ini untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F Ferrrier pada tahun 1854. Dalam buku Filsafat Umum yang ditulis oleh Tafsir (2002), Runes menjelaskan dalam kamusnya (1971) epistemology is the branch of philosophy which investigates the origin, structure, methods and validity of knowledge (Runes, 1971:94).
Logika adalah salah satu cabang filsafat yang dikembangkan oleh Aristoteles. Logika membicarakan norma-norma berpikir benar agar memperoleh dan terbentuk pengetahuan yang benar. Ada dua macam logika: logika formal dan logika material. Logika formal adalah logika bentuk. Logikanya ialah agar diperoleh pengatahuan yang benar, mka bentuk berpikirnya harus benar. Soal apakah isinya benar atau salah, ini dibicarakan oleh logika material. Logika mempunyai faedah tidak hanya untuk berfilsafat tapi juga dalam bidang lainnya. Faidah itu diantaranya : (a) logika menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat dipakai dalam semua lapangan ilmu pengetahuan; (b) logika menambah daya berpikir abstrak dan melatih cara mengembangkan daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual; (c) logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu yang kita peroleh berdasarkan autoriti.
Kedua, teori hakikat yaitu merupakan cabang filsafat yang membicarakan hakikat sesuatu. Hakikat artinya keadaaan yang sebenarnya, hakikat sebenarnya adalah keadaan sebenarnya dari sesuatu itu, bukan keadaan sementara yang selalu berubah. Contoh tentang hakikat air. Air itu jika didinginkan sampai titik nol derajat celcius maka ia akan membeku, jika dipanaskan maka ia akan menguap. Teori hakikat mempunyai cabang-cabang yaitu : Ontologi, Kosmologi, Antropologi, Theodecia, Filsafat Agama, Filsafat Hukum, Filsafat Pendidikan dan lain-lain. Cabang-cabang inilah yang kemudian melahirkan aliran-aliran filsafat yang akan dibahas juga pada halaman selanjutnya.
Ketiga, teori nilai yaitu merupakan kerangka ketiga dalam ketiga dalam tiga kerangka besar filsafat. Sebelum menjelaskan teori nilai, kita ungkap terlebih dahulu apa itu nilai. Nilai artinya harga, sesuatu mempunyai nilai bagi seseorang karena ia berharga bagi dirinya. Pada umumnya orang mengatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang melekat pada benda dan bukan di luar benda. Teori nilai ini mencakup dua cabang filsafat yang cukup terkenal yaitu : Etika dan Estetika. Etika membicarakan soal baik-buruk perbuatan manusia. Sedangkan Estetika berusaha untuk menemukan nilai indah secara umum.
Tentunya pada kesempatan ini, teori nilai tidak akan dibahas secara rinci karena secara umum teori nilai banyak berbicara tugas etika, sifat dasar etika, objek etika, metode etika serta pendekatan-pendekatanya, dan macam-macam etika serta dan secara umum penjelasan estetika yang akan lebih dirinci diuraikan lagi dalam pembahasan filsafat etika dan aliran-alirannya.
Dalam referensi lain yang penyusun temukan melalui internet, cabang-cabang filsafat ini dibicarakan lebih spesifik oleh para pemerhati filsafat, diantara ada yang membagi filsafat ini kedalam :
  1. Filsafat Alam, Obyeknya: alam kehidupan dan alam bukan kehidupan. Tujuannya: menjelaskan fenomena alam dari aspek eksistensi fenomena tersebut dan menelusuri syarat-syarat kemungkinan.
  2. Filsafat Analitis, yaitu Ilmu memusatkan perhatian pada bahasa dan upaya untuk menganalisis pernyataan (konsep, atau ungkapan kebahasaan aatau bentuk-bentuk logis. Tujuannya ialah untuk menemukan pernyataan-pernyataan yang berbentuk logis dan ringkas dan yang terbaik, yang cocok dengan fakta atau arti yang disajikan,
  3. Filsafat Bahasa Sehari-hari, yaitu yang berpandangan bahwa dengan menganalisis bahasa biasa (makna, implikasi, bentuk dan fungsinya) kita dapat memperlihatkan kebenaran mengenai kenyataan. Dengan analisis bahasa biasa kita dapat memahami masalah pokok filsafat dan sekaligus dapat memecahkannya.
  4. Filsafat Gestalt .yaitu salah satu pandangan filsafat ini berpandangan bahwa realitas merupakan dunia tempat organisme fisik memberikan tanggapan dalam proses mengatur struktur-struktur atau keseluruhan yang diamati.
  5. Filsafat Kebudayaan, yaitu filsafat yang memberikan gambaran keseluruhan mengenai gejala kebudayaan (bentuk, nilai dan kreasinya). Tugasnya untuk menyelidiki hakekat kebudayaan, memahaminya berdasarkan sebab-sebab dan kondisi-kondisinya yang esensial. Filsafat ini juga bertugas untuk menjabarkan pada tujuan-tujuannya yang paling mendasar dan karena itu juga menemukan arah dan luas perkembangan budaya.
  6. Filsafat Kehidupan, yaitu filsafat kehidupan dalam bahasa sehari-hari yang berarti (1) cara tau pandangan hidup. Dan ini bertujuan mengatur segalanya secara praktis. (2) Etika sebagai ilmu yang berbicara mengenai tujuan dan kaidah-kaidah kehidupan dapat juga disebut sebagai filsafat kehidupan.

B. Aliran-aliran dalam Filsafat

Menurut Louis Q. Kattsof dalam buku yang sama mengatakan bahwa sumber pengetahuan manusia itu ada lima macam, yaitu : (1) Empiris yang kemudian melahirkan aliran empirisme; (2) Rasio yang melahirkan aliran rasionalisme; (3) Fenomena yang melahirkan aliran fenomenologi; (4) Instuisi yang melahirkan aliran instuisme; dan (5) Metode ilmiah yang merupakan gabungan antara aliran rasialisme dan empirisme. Metode ilmiah inilah yang kemudian mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di seluruh universitas di dunia ini.
Mari kita uraikan lagi kelima aliran-aliran tersebut diatas yang sebenarnya merupakan pokok yang menjadi fokus uraian kita pada kesempatan ini. Aliran- aliran itu adalah :
  • Aliran Empirisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan itu adalah pengalaman inderawi. Tokoh aliran ini adalah John Locke (1632-1704), analogi dari aliran ini menyebutkan bahwa es itu membeku dan dingin, karena secara pengalaman inderawi es itu dapat dilihat bentuknya beku dan rasanya dingin. Dari disinilah dapat disimpulkan bahwa menurut aliran empirisme pengetahuan itu didapat dengan perantaraan inderawi atau pengalaman-pengalaman inderawi yang sesuai, tetapi aliran ini mempunyai kelamahan karena sebetulnya inderawi memiliki keterbatasan dan terkadang menipu. Dari kelemahan ini muncul aliran kedua yatiu aliran Rasionalisme.
  • Aliran Rasionalisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa akal adalah dasar dari kepastian pengetahuan. Tokoh aliran ini adalah Rene Descartes (1596 – 1650). Aliran ini muncul karena koreksi dari aliran Empirisme menurut kacamata aliran ini manusia akan sampai pada kebenaran semata-mata karena akal, inderawi menurut aliran Rasionalisme hanyalah merupakan bahan yang belum jelas, akal-lah yang kemudian mengatur bahan tersebut sehingga membentuk pengetahuan yang benar. Analogi menurut aliran ini adalah kenapa benda yang jauh akan kelihatan kecil ?, karena secara akal bayangan yang jatuh dimata akan kecil atau contoh analogi lain kenapa gula terasa pahit bagi orang yang demam, karena lidah orang yang sakit demam itu tidak normal.
  • Aliran Fenomenalisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan didasarkan pada sebab akibat yang merupakan hubungan yang bersifat niscaya dan ditampakan oleh sebuah gejala (Pehenomenon). Tokoh aliran ini adalah Imanuel Kant yaitu seorang filosof Jerman ( abad ke-18) analogi dari aliran ini adalah tetang bagaimana memperoleh pengetahuan bahwa kuman itu menyebabkan penyakit tifus, orang yang menderita demam tifus disebabkan oleh kuman yang masuk dalam diri orang tersebut.
  • Aliran Instuisme, yatiu aliran yang berpendapat lahirnya pengetahuan yang lengkap dan utuh tidak hanya diperoleh melalui indera dan akal tetapi butuh juga instuisi utuk menangkap keseluruhan objek pengetahuan. Tokoh aliran ini adalah Henri Bergson (1859 – 1941), aliran ini mirip dengan aliran Iluminasionesme atau Teori Kasyf dalam ajaran Islam yaitu pengetahuan langsung dari Tuhan yang hanya bisa diterima apabila hatinya telah bersih. Pengetahuan itu bisa didapat melalui latihan atau “riyadhah”. Contoh dari intuisi atau pengetahuan tingkat tinggi ini yang dimiliki oleh Nabi SAW (atas izin Allah) dapat melihat atau mengetahui hal-hal yang ghaib, dapat mendengar orang yang disiksa di alam kubur, menghitung tiang-tiang mesjid Al Aqsha dan sebagainya.
.Kajian pokok filsafat yang kedua adalah teori hakikat. Teori hakikat mempunyai cabang-cabang yaitu : Ontologi, Kosmologi, Antropologi, Theodecia, Filsafat Agama, Filsafat Hukum, Filsafat Pendidikan dan lain-lain. Selanjutnya dari teori hakikat atau muncul yang disebut dengan ontologi. Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Dari aliran ini muncul empat macam aliran filsafat, yaitu : (1) aliran Materialisme; (2) aliran Idealisme; (3) aliran Dualisme; (4) aliran Agnoticisme.
Berikutnya kita akan membahas keempat aliran tersebut, yakni :
  1. Aliran Materialisme, adalah aliran yang beranggapan bahwa hakikat benda adalah benda itu sendiri, hakikat kayu adalah kayu itu sendiri, hakikat air adalah air itu sendiri, begitu pula yang lainnnya. Jadi menurut aliran ini materilah yang hakikat;
  2. Aliran Idealisme, adalah suatu pandangan dunia atau metafisika yang mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas atau sangat erat hubungannya dengan ide, pikiran, atau jiwa. Dunia menurut aliaran ini dipahami dan ditafsirkan oleh penyelidikan tentang hukum-hukum pikiran dan kesadaran, dan tidak hanya oleh metode ilmu objek semata-mata. Prinsip pokok dari idealisme adalah kesatuan organik, jadi kesimpulannya menurut aliran ini yang hakikat itu adalah ruh atau ide sedangkan materi bukan hakikat;
  3. Aliran Dualisme, adalah aliran filsafat yang mencoba memadukan antara dua paham yang saling bertentangan, yaitu materialisme dan idealisme. Menurut aliran dualisme materi maupun ruh sama-sama merupakan hakikat.materi muncul bukan karena adanya ruh, begitu pun ruh muncul bukan karena materi. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya aliran ini masih memiliki masalah dalam menghubungkan dan menyelaraskan kedua aliran tersebut di atas. Sebuah analogi dapat kita ambil misalnya tentang jika jiwa sedang sehat, maka badan pun akan sehat kelihatannya. Sebaliknya jika jiwa seseorang sedang penuh dengan duka dan kesedihan biasanya badanpun ikut sedih, terlihat dari murungnya wajah orang tersebut.
  4. Aliran Agnoticisme, adalah alirn yang mengatkan bahwa manusia tidak mungkin mengetahui hakikat sesuatu dibalik kenyataannya. Manusia tidak mungkinmengetahui hakikat batu, air, api dan sebagainya. Sebab menurut aliran ini kemampuan manuisa sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa hakikat tentang sesuatu yang ada, baik oleh inderanya maupun oleh pikirannya..

4.      Pancasila sebagai suatu system filsafat
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Sistem yang dimaksud dalam hal ini adalah satu-kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu, lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Satu kesatuan bagian-bagian.
2.      Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3.      Saling berhubungan, saling ketergantungan.
4.      Kesemua dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem).
5.      Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich, 1974:122)
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan organik. Sila-sila dalam pancasila saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Sila yang satu senantiasa dikualifikasikan oleh sila-sila lainnya. Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu sistem, dalam pengertian bahwa bagian-bagian (sila-silanya) saling berhubungan secara erat sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai suatu sistem juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan masyarakat bangsa dan negara.
Kenyataan Pancasila yang demikian ini disebut kenyataan yang obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada Pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain atau terlepas dari pengetahuan orang. Sehingga Pancasila sebagai suatu sistem filsafat bersifat khas dan berbeda dengan sistem-sistem filsafat yang lain misalnya: liberalisme, materialisme, komunisme, dan aliran filsafat yang lain

FAKTA/KASUS MENGENAI FILSAFAT PANCASILA
KASUS 1
FPI, Front Pembela Islam, organisasi masyarakat yang megatasnamakan agama Islam ini seringkali melakukan kekerasan antar beragama. Kasus yang paling miris dan saya ikuti perkembangan beritanya adalah kasus pembantaian Gereja di Temanggung. Apa yang dilakukan FPI kontras sekali dengan dasar sistem filsafat dan sistem etika Pancasila yang menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab. Ini sudah kesekiankalinya kekerasan beragama terjadi di Indonesia, dan saya yakin kejadian hari ini akan berulang terus-menerus.
            FPI telah mencoreng nilai-nilai dalam Pancasila yang merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia didasarkan atas identitas bangsa Indonesia sendiri yang mempunyai masyarakat multikultural. Apa yang harus kita lakukan sebagai warga negara Indonesia yang mempunyai Pancasila sebagai dasar negara sekaligus landasan filsafat negara Indonesia?? Apa kita hanya bisa diam melihat perkembangan berita tentang adanya kekerasan beragama ataupun kekerasan antar suku?? Apa yang salah dengan Pancasila?? Ataukah bangsa Indonesia sendiri yang kurang memahami dasar negara Pancasila?? Sebagai orang Islam, apa kita hanya bisa diam melihat perbuatan sekelompok orang yang mencoreng identitas Islam yang cinta akan perdamaian??
            Sebagai warga negara Indonesia, kita harus memahami Pancasila tidak hanya dengan menghafal kelima silanya tetapi juga mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dalam berbangsa dan bernegara. Kita hidup di negara Indonesia dengan budaya multikultural karena di setiap daerah mempunyai beberapa suku dan mempunyai keanekaragaman adat dan budaya tersendiri. Kita seharusnya saling toleransi antar warga negara Indonesia demi menjaga kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Tidak ada yang salah dengan Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara sekaligus sistem filsafat dan sistem etika Indonesia sudah bagus. Pancasila sudah mencakup semua pandangan filosofis bangsa Indonesia namun prakteknya yang sedikit ke luar dari konteks substansial Pancasila karena interpretasi orang yang berbeda-beda.
Pancasila telah menjamin kebebasan beragama, mengeluarkan pendapat dan kebebasan mengeluarkan aspirasi kepada rakyatnya yang dijelaskan lebih detail dalam pasal-pasal UUD 1945. FPI telah diberikan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya selama masih sejalan dengan prosedur hukum. Tapi, kebebasan itu telah membuat laskar FPI melakukan anarkisme, sehingga masyarakat umum menjadi korban keganasan mereka dan gangguan sosial menjadi pilihan utama.
Sebagai orang Islam, menurut prespektif kami tidak setuju dengan apa yang dilakukan FPI karena itu berdampak pada korban yang tidak mengerti apa-apa seperti pada kasus pembakaran Gereja di Temanggung itu hanyalah menelan korban orang-orang yang sedang beribadah dan mengganggu kelangsungan beribadah agama. Apa yang dilakukan itu tidak sesuai dengan substansial Pancasila itu sendiri pada sila pertama dan kedua mengenai ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. 
Seperti apa yang terkandung dalam sila ketiga yang menyatakan Persatuan Indonesia. Persatuan negara menghasilkan rakyat sebagai bangsa,itu berarti rakyat merupakan asal mula negara. Maka negara harus demokratis,hak serta kekuasaan rakyat harus dijamin(hakikat sila keempat). Untuk mewujudkan tujuan negara sebagai tujuan bersama, dalam hidup kenegaraan harus mewujudkan jaminan perlindungan bagi seluruh warga negara, sehingga seluruh warga negara harus dijamin berdasarkan prinsip keadilan yang timbul dalam kehidupan sosial(hakikat sila kelima).
Maka, demi kesejahteraan bangsa dan negara Indonesia dan demi menjaga nilai dan citra Pancasila, semua tindakan yang bertolak belakang dengan konsep agama dan Pancasila, termasuk FPI, harus ditindak tanpa melihat latar belakang agama.

KASUS 2
Penyimpangan Pancasila sebagai Falsafah
            Pada sila ke lima yang bermakna “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” Pengamalan dari Sila ini sudah bukan rahasia umum lagi bahwa sama sekali tidak terwujud secara nyata. Rakyat kecil semakin terpuruk dan tertindas. Padahal rakyat lah pemegang kedaulatan tertinggi di negara ini. Indonesia dinilai belum mampu memberikan keadilan kepada masyarakat yang tertindas.  Justru sebaliknya, hukum menjadi alat bagi pemegang kekuasaan untuk bertindak semena-mena.
            Kita sangat sering menjumpai hal-hal tersebut seperti dalam layar kaca pada acara hiburan yang menceritakan bahwa orang miskinlah yang lemah dan tertindas, bahkan diberita pun masih sering membahas hal ini sampai-sampai orang tak mampu itu teraniaya dan tidak ada rasa belas kasihan. Indonesia masih dibutakan oleh uang dan harta benda yang melimpah sehingga jika seseorang yang memeliki kekayaan tersebut marasa berkuasa dan merasa sombong tidak peduli dengan rakyat miskin.
            Karena adanya pembedaan dua kelas yaitu pada orang kaya dan orang miskin. Kedua kelas ini dibedakan oleh kepemilikan alat-alat produksi (the ownership of means of production). Kelas kaya terdiri dari orang-orang yang memiliki alat produksi, sedangkan kelas miskin adalah orang-orang yang tidak memiliki alat-alat produksi. Yang dimaksud dengan alat-alat produksi adalah setiap alat yang dapat menghasilkan komoditas, yaitu barang kebutuhan masyarakat. Jadi alat produksi dapat membuat kaya pemilik alat-alat produksi yang memang sudah kaya.
            Kelas miskin dianggap tidak mempunyai apapun juga kecuali tenaga kerja. Orang miskin mempunyai ketergantungan kepada kelas kaya yang mempekerjakan di dalam proses produksi yang menggunakan alat-alat produksi milik kelas kaya. Karena adanya penindasan oleh kelas kaya terhadap kelas miskin terjadilah kelas orang kaya sudah tidak ada rasa hormat dan santun lagi meskipun orang miskin tersebut jauh lebih tua darinya.
            Jika negara dan bangsa ini masih ingin menjadikan pancasila sebagai falsafah bersama, tentunya harus secara bersama-sama mengembalikan kesakralan dan kesaktian pancasila sebagai ikatan rasa, rasio dan raga dari seluruh warga negara Republik Indonesia yang kita cintai ini. Namun jika ingin merubah, maka tentunya dengan falsafah yang jauh lebih bermakna dan berenergi tinggi, sehingga energi para pendahulu dan pendiri bangsa dan negara ini pun pasti akan bangga melihat dan membentengi negara dan bangsa ini dari keterpurukan yang berkepanjangan.
            Solusinya adalah kesadaran diri masing-masing. Dan juga di beri nasehat-nasehat agar mereka bisa lebih menghargai sesama makhluk hidup sosial, terkadang hal ini dipengaruhi dari lingkungan tersebut karena salah pergaulan juga. Oleh sebab itu, sifat baik tersebut biasakan semenjak dini agar terbiasa dengan kehidupan yang baik aman dan tentram serta adil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

leave your comment, please :)

 

Blog Template by BloggerCandy.com