Senin, 22 Juni 2015

TUGAS 3 TP


Menurut Bloom (1956) menyatakan bahwa “ada 3 aspek yang mendasar pada perkembangan peserta didik yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik”. Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa.
      
1.      Pengertian Aspek Kognitif adalah :
Bloom (1956) menyatakan aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Pengertian lain dari Mahfudin Shalahudin (1989) menyatakan “aspek kognitif adalah akal budi atau intelegensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berpikir”. Sedangkan Chaplin (1981) menyatakan kognitif berarti proses berpikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai dan kemampuan mempertimbangkan, kemampuan mental dan intelegensi.
Dari ketiga pengertian aspek kognitif diatas dapat disimpulkan aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui, memecahkan masalah, menilai dan mempertimbangkan suatu permasalahan.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah aspek yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.

2.      Pengertian Aspek Afektif adalah:
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) “ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai”. Lebih lanjut dari Daniel Goleman (1995) mengatakan bahwa “aspek afektif merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran – pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecendurungan untuk bertindak”.
Sementara itu, Chaplin (1989) mendefisikan aspek afektif sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan- perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Dari kesimpulan 3 pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek afektif adalah aspek yang mencakup watak, perasaan dan pikiran-pikiran perilaku seseorang.

Menurut Bloom (1956) aspek afektif dibagi menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
a.       Menerima atau memperhatikan adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar.
b.      Menanggapi mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.
c.       Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena,  yaitu baik atau buruk.
d.      Mengatur atau mengorganisasikan artinya memper-temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai  lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya.
e.       Karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya.
      
3.      Pengertian Aspek Psikomotorik adalah:
       Loree (1970) menyatakan aspek psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu, aspek psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Simpson (1956) menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.
       Kesimpulannya yang dapat diambil adalah aspek psikomotorik adalah kelanjutan dari kognitif (memahami sesuatu) dan afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).

·         Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik.
Banyak hal yang menjadi faktor perkembangan seorang anak. Disini akan dibahas tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik berdasarkan aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya.
A.    Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Aspek Kognitif adalah:
1.       Faktor Hereditas
Secara potensial anak telah membawa kemungkinan, apakah akan menjadi kemampuan berfikir setaraf normal, di atas normal, atau di bawah normal. Namun, potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak.
2.       Faktor Lingkungan
Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam mempengaruhi perkembangan intelek anak, yaitu keluarga dan sekolah.
a.        Keluarga
Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir. Cara – cara yang digunakan, misalnya memberikan kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide – idenya, menghargai ide – ide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak tersebut. Memberikan kesempatan atau pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orang tua.
b.      Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk perkembangan berpikir anak. Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan kognitif anak terletak di tangannya. Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut.
1)      Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik. Dengan hubungan yang akrab tersebut, secara psikologis peserta didik akan merasa aman sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsumsikan dengan guru mereka.
2)      Memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang – orang yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual anak. Membawa para peserta didik ke objek – objek tertentu seperti objek budaya dan ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan kognitif peserta didik.
3)      Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berpikir peserta didik. Sebab jika peserta didik terganggu secara fisik, perkembangan kognitifnya juga akan terganggu.
4)      Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide – idenya. Hal ini sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan kognitif peserta didik.

B.     Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Aspek Afektif adalah:
1)      Perubahan Jasmani
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhannya yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian – bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang.
2)      Perubahan Pada Interaksi dengan Orang Tua
Pola asuh orang tua terhadap  anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan cinta kasih.
3)      Perubahan Interaksi dengan Teman Sebaya
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk semacam geng. Usahakan dapat menghindarkan pembentukan kelompok secara geng itu ketika sudah memasuki masa remaja tengah atau remaja akhir.
4)      Perubahan Pandangan Luar
Faktor penting yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja selain perubahan – perubahan yang terjadi dalam diri remaja itu sendiri adalah pandangan dunia luar dirinya.
Ada sejumlah perubahan pandangan duna luar yang dapat menyebabkan konflik – konflik afektif dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:
a.       Sikap dunia terhadap remaja sering tidak konsisten.
b.      Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai – nilai yang berbeda untuk remaja laki – laki atau perempuan.
             
Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut ke dalam kegiatan – kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai – nilai moral.

C.  Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Aspek Psikomotor adalah:
1.       Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor – faktor yang berasal dari dalam diri individu. Termasuk ke dalam faktor internal ini adalah sebagai berikut:
a.       Sifat jasmaniah yang diwariskan dari orang tuanya
Anak yang ayahnya dan ibunya bertumbuh tinggi cenderung lebih lekas menjadi tinggi daripada anak yang berasal dari orang tua yang bertubuh pendek.
b.      Kematangan
Secara sepintas, pertumbuhan fisik seolah – olah seperti sudah direncanakan oleh faktor kematangan. Meskipun anak itu diberi makanan yang bergizi tinggi, tetapi kalau saat kematangan belum sampai, pertumbuhan akan tertunda. Misalnya, anak berumur tiga bulan diberi makanan yang cukup bergizi supaya pertumbuhan otot  kakinya berkembang sehingga mampu untuk berjalan. Ini tidak mungkin berhasil sebelummencapai umur lebih dari sepuluh bulan.
2.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar diri anak. Termasuk kedalam faktor eksternal adalah sebagai berikut:
a.       Kesehatan
b.      Anak yang sering sakit – sakitan pertumbuhan psikomotoriknya pasti akan terhambat.
c.       Makanan
Anak yang kurang gizi pertumbuhannya akan terlambat, sebaliknya yang cukup gizi pertumbuhannya pesat.
d.      Stimulasi lingkungan
Individu yang tubuhnya sering dilatih untuk meningkatkan percepatan pertumbuhannya akan berbeda dengan yang tidak pernah mendapat latihan sama sekali.

·         Implikasi Aspek Psikomotorik, Afektif , Dan Kognitif Bagi  Pendidikan.
Pada subbab ini akan dibahas impilkasi aspek psikomotorik, afektif dan kognitif bagi pendidikan.

a.      Implikasi Aspek Kognitif Bagi Pendidikan.
            Kondisi psikologis yang perlu diciptakan agar peserta didik merasa aman secara psikologis sehingga mampu mengembangkan kemampuan intelektualny aadalah sebagai berikut.
1.      Pendidik menerima peserta didik secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat (unconditional regard). Artinya, apa pun keberadaan peserta didik dengan segala kekuatan dan kelemahannya harusditerima dengan baik, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya setiap peserta didik memiliki kemampuan inteletual yang dikembangkan secara maksimal.
2.      Pendidik menciptakan suasana dimana peserta didik tidak merasa terlalu dinilai oleh orang lain. Memberi penilaian terhadap peserta didik dengan berlebihan dapat dirasakan sebagai ancaman sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri. Memang kenyataannya, pemberian penilaian tidak dapat dihindarkan dalam situasi sekolah, tetapi paling tidak harus diupayakan agar penilaian tidak mencemaskna peserta didik, melainkan menjadi sarana yang dapat mengembangkan sifat kompetitif secara sehat.
3.      Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku peserta didik; dapat menempatkan diri dalam situasi peserta didik; serta melihat sesuatudari sudut pandang mereka (empathy). Dalam suasana seperti ini, peserta didik akan merasa aman untuk mengembangkandan mengemukakan pemikiran atau ide – idenya.
4.      Menerima remaja secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat (unconditional regard). Artinya, apa pun keberadaan peserta didik dengan segala kekuatan dan kelemahannya harusditerima dengan baik, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya setiap peserta didik memiliki kemampuan inteletual yang dikembangkan secara maksimal.
5.      Memahami pemikiran, perasaan dan perilaku peserta didik; dapat menempatkan diri dalam situasi peserta didik; serta melihat sesuatudari sudut pandang mereka (empathy). Dalam suasana seperti ini, peserta didik akan merasa aman untuk mengembangkandan mengemukakan pemikiran atau ide – idenya.
6.      Memberikan suasana psikologis yang aman bagi remaja untuk mengemukakan pikiran-pikirannya sehingga terbiasa berani mengembangkan pemikirannya sendiri. Disini berusaha menciptakan keterbukaan (openess), kehangatan (warmness), dan kekonkretan (concreteness).

b.      Implikasi Aspek Afektif bagi Pendidikan.
1.      Pengembangan Keterampilan Emosional
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan emosional individu adalah:
a.       Mengindetifikasikan dan memberi nama atau label perasaan.
b.      Mengungkapkan perasaan.
c.       Menilai intensitas perasaan.
d.      Menunda pemuasaan.
e.       Mengendalikan dorongan hati.
f.       Mengurangi stres.
g.      Mengelola perasaan.
h.      Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan.

2.      Pengembangan Keterampilan Kognitif
            Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan kognitif individu adalah sebagai berikut.
a.       Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri.
b.      Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial, misalnya mengenali pengaruh sosial terhadap perilaku dan melihat diri sendiri dalam perspektif masyarakat yang lebih luas.
c.       Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan, misalnya mengendalikan dorongan hati, menentukan sasaran, mengindetifikasikan tindakan-tindakan alternatif, dan memperhitungkan akibat-akibat yang mungkin timbul.
d.      Belajar memahami sudut pandang orang lain (empati).
e.       Belajar memahami sopan santun, yaitu perilaku mana yang dapat diterima dan mana yang tidak.
f.       Belajar bersikap positif terhadap kehidupan.
g.      Belajar mengembangkan kesadaran diri, misalnya mengembangkan harapan-harapan yang realistis tentang diri sendiri.

C.    Implikasi Aspek Psikomotorik Bagi Pendidikan
1.      Menjaga Kesehatan Badan
Kebiasaan hidup sehat, bersih dan olahraga secara teratur akan dapat membantu menjaga kesehatan pertumbuhan tubuh. Namun, apabila ternyata masih terkena penyakit, haruslah segera diupayakan agar lekas sembuh. Sebab kesehatan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik.
2.      Memberi Makanan Yang Baik
Makanan yang baik ialah makanan yang banyak mengandung gizi,segar dan sehat serta tidak tercemar oleh kotoran atau penyakit. Baik buruknya makanan yang dimakan oleh anak akan menentukan pula kecepatan pertumbuhan fisik. Para remaja mengalami pertumbuhan fisik yang cepat. Oleh karena itu, memerlukan zat-zat pembangun yang terdapat dalam makanan sehingga menyebabkan para remaja pada umumnya nafsu makan. Jika makanan yang dimakan cukup mengandung gizi, kebutuhan zat pembangun bisa terpenuhi sehingga pertumbuhan menjadi lancar. Sebaliknya, jika kebutuhan zat pembangunn tidak terpenuhi, pertumbuhan fisik akan menjadi terhambat dan kurang lancar.
Implikasinya bagi pendidikan adalah perlunya memperhatikan faktor-faktor berikut ini.
a.       Sarana dan prasarana
Faktor sarana dan prasarana ini jangan sampai menimbulkan gangguan kesehatan pada anak. Misalnya, tempat duduk yang kurang sesuai serta ruangan yang gelap dan terlalu sempit akan menimbulkan gangguan kesehatan. Penyelenggaraan pendidikan modern menghendaki agar tempat duduk anak dan meja dapat diatur sesuai dengan  kebutuhan, ruangan kelas yang bersih, terang dan cukup luas, serta kedisiplinan yang tidak kaku.
b.      Waktu istirahat
Untuk mengilangkan rasa lelah dan mengumpulkan tenaga baru, istirahat sangat diperlukan. Terus-menerus bekerja tanpa ada waktu istirahat dapat menimbulkan kelelahan yang mendatangkan kerugian bagi kesehatan. Oleh karena itu, dalam belajar pun sangat penting memperhatikan pengaturan waktu istirahat bagi anak-anak karena dalam belajar dikenal adanya istilah yang disebut biorama, yang berarti kemampuan anak berkonsentrasi akan sangat dipengaruhi oleh irama stamina biologis pada anak itu sendiri. Berkaitan dengan biorama ini, ada rumus pengaturan belajar yang dikenal dengan “lima kali dua lebih baik dari padadua kali lima”. Artinya, belajar sebanyak lima kali yang masing-masing berlangsung selama dua jam, hasilnya akan lebih baik daripada belajar sebanyak dua kali yang masing-masing berlangsung selama liam jam. Ini berkaitan dengan kemampuan stamina tubuh utnuk berkonsentrasi dalam belajar guna menyerap isi yang terkandung dalam materi pelajaran.

2        Ranah Kognitif (cognitive domain)
Ranah kognitif mencakup kegiatan otak. Menurut Bloom yaitu segala upaya yang menyangkut aktifitas otak termasuk ranah proses berfikir. Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir yaitu:

1.      Pengetahuan

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan factual di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah,  pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar agar dapat dikuasai sebagai dasar bagi pngetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya.  Ada beberapa cara untuk mengingat dan menyimpannya dalam ingatan  seperti teknik memo, jembatan keledai, mengurutkan kejadian, membuat singkatan yang bermakna. Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya.  Hal ini berlaku bagi setiap bidang studi, baik bidang matematika, pengetahuan alam, ilmu social, maupun bahasa. Karena pengetahuan atau knowledge bloom lebih banyak berhubungan dengan  dengan ingatan maka dapat dikelompokkan sebagai belajar mneghafal (rote learning).

Menyusun tes item tes pengetahuan hafalan
Tidaklah terlalu sukar untuk menyusun item tipe ini. Malahan para penyusun tes hasil belajar, secara tidak sengaja banyak tergelinciratau terpeosok termasuk dalam kawasan ini. Dilihat dari bentuknya, tes yang paling banyak dipakai untukmengungkapkan aspek pengetahuan adalah tipe melengkapi, tipe isian, dan tipe benar salah. Karena lebih mudah menyusunnya, orang banyak memilih tipe benar salah. Karena kurang dipersiapkan dengan baik, banyak tes yang ditulissecara tergesa-gesa sehingga terperosok ke dalam pengungkapan  pengetahuan hafalan saja. Siswa hanya dituntut kesanggupan mengingatnya sehingga jawabannya mudah ditebak.

Pengetahuan ini dapat dirinci sebagai berikut:
a.        Terminologi
Kemampuan yang paling besar ialah mengetahui arti tiap kata.
b.       Fakta-fakta lepas (isolated facts)
Setelah mengetahui prinsip-prinsi atau konsep-konsep bahasa, anak menanjak pada pengetahuan akan fakta-fakta lepas. Fakta yang diketahuinya tetap berdiri sendiri tanpa dihubungkan dengan fakta atau gejala lainnya.
c.        Universal dan abstraksi
Pengetahuan akan bagan-bagan dan pola-pola utama yang dipakai untuk mengorganisasikan fenomena-fenomena. Termasuk dalam kelompok ini adalah:
1)      Prinsip-prinsip dan generalisasi
Siswa diharuskan menguasai prinsip-prinsip atau generalisasi tertentu yang dihubungkan dengan bahan pengetahuan lain.
2)      Teori
Teori merupakan perumusan-perumusan yang paling abstrak, dan dapat menunjukan saling berhubungan dan organisasi dari hal-hal yang khusus.

2.      Pemahaman
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.  Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
Tipe hasil belajar ini lebih tinggi tingkatannya dari yang pertama. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori.
Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa inggris ke dalam bahasa indonesia, megartikan bhineka tunggal ika, mengartikan merah putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang sakelar.
Tingkat ke dua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Menghubungkan pengetahuan tentang konjugasi kata kerja, subjek, dan possessive pronoun sehingga tahu menyusun kalimat.
Pemahaman tingkat ke tiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstra polasi diharapkan seseorang mampu melihat balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun maslahnya.
Meskipun pemahaman dapat dipilahkan menjadi tiga tingkatan di atas, perlu disadari bahwa menarik garis yang tegas antara ketiganya tidaklah mudah. Penyusun tes dapat membedakan item yang susunannya termasuk sub kategori tersebut. Tetapi tidak terlalu berlarut-larut mempermasalahkan ketiga perbedaan itu. Sejauh dengan mudah dapat dibedakan antara pemahaman terjemahan terjemahan, penafsiran, dan eksplorasi, bedakanlah untuk kepentingan penyusunan soal tes hasil belajar.  
3.      Tipe hasil belajar: aplikasi
Aplikasi atau penerapan adalah abilitet untuk merinci bahan menjadi bagian-bagian supaya struktur organisasinya mudah dipahami, meliputi identifikasi bagian-bagian, mengkaji hubungan antara bagian-bagian, mengenali prinsip-prinsip organisasi. Contohnya menyadari asumsi-asumsi, menyadari logika dalam pemikiran, membedakan fakta dan iterferensi.
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstarksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petujnuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah. Kecuali itu, ada satu unsure lagi yang perlu masuk, yaitu abstraksi tersebut perlu berupa prinsip atau generalisasi, yakni sesuatu yang umum sifatnya untuk diterapkan pada situasi khusus.

Mengetes aplikasi
Bloom membedakan delapan tipe aplikasi yang akan dibahas atu persatu dalam rangka menyusun item tes aplikasi.
1)      Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi baru yang dihadapi. Dalam hal ini yang bersangkutan belum diharapkan dapat memecahkan seluruh problem, tetapi sekadar dapat menetapkan prinsip yang sesuai.
2)      Dapat kembali menyusun problemnya sehingga dapat menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai.
3)      Dapat memberikan spesifikasi batas-batas relevansi auatu prisnip atau generalisasi.
4)      Dapat mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip dan generalisasi.
5)      Dapat menjelaskan ssuatu gejala baru berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu. Bentuk yang banyak dipakai adalah melihat hubungan sebab akibat. Bentuk lain adalah dapat menanyakan tentang proses erjadinya atau kondisi yang mungkin berperan bagi terjadinya gejala.
6)      Dapat meramalkan sesuatu yang terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu.  Dasr untuk membuat ramalan diharapkan  dapat ditunjukan berdasarkan perubahan kualitatif,  mungkin pula berdasarkan perubahan kuntitatif.
7)      Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang relevan. Kemampuan aplikasi tipe ini lebih banyak diperlukan oleh ahli-ahli ilmu osial dan para pembuat keputusan.
8)      Dapat menjelaskan alasan-alasan mneggunakan prisip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi.

4.      Analisis
Analisis mencakup kemampuan merinci sutu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada seseorang, maka ia akan dapat menaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.

Mengetes kecakapan analisis
Untuk membuat item tes kecakapan analisis perlu mengenal berbagai kecakapan yang termasuk klasifikasi analisis, yakni:
1)      Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan criteria analitik tertentu.
2)      Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas.
3)      Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implicit atau yang perlu ada berdasarkan criteria dan hubungan materinya.
4)      Dapat mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan menggunakan criteria seperti relevansi, sebab akibat, dan peruntutan.
5)      Dapat mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi, dan pola-pola materi yang dihadapinya.
6)      Dapat meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan material yang dihadapinya.

5.      Sintesis
Sintesis adalah abilitet mengkombinasikan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan baru, yang menitikberatkan pada tingkah laku kreatif dengan cara memformulasikan pola dan struktur baru. Contoh: menulis cerita pendek yang kretif, menyusun rencana eksperimen, menggunakan bahan-bahan untuk memecahkan masalah.

Mengetes aplikasi
Kecakapan sintesis dapat diklasifikasikan ke dalam beberpa tipe. Kecakapan tipe yang pertama adalah kemampuan menemukan hubungan yang unik. Artinya, menemukan hubungan antara unit-unit yang tak berarti menambahkan satu unsure tertentu, unit-unit yang tak berharga mnejadi sangat berharga. Termasuk kecakapan ini adalah kemampuan mengkomunikasikan gagasan, perasaan, dan pengalaman, dalam bentuk tulisan, gambar, symbol ilmiah, dan yang lainnya. Kecakapan sintesis yang kedua adalah kemampuan menyusun rencana atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau problem yang diketengahkan.  Dalam rapat bermunculan berbagai hal. Seorang anggota rapat mengusulkan tahap-tahap urutan atau langkah-lagnkah pembahasan dan penyelesaiannya. Hal itu merupakan merupakan sitesis tipe kedua. Kecakapan sintesis yang ketiga adalah kemampuan mengabstraksi sejumlah besar gejala, data, dan hasil observasi menjadi terarah, proporsional, hipotesis, skema, model, atau bentuk lain.

6.      Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi jurusan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil, dll..dilihat dari segi tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya suatu criteria standar tertentu. Dalam tes esai, standar atau criteria tersebut muncul dalam bentuk frase “menurut pendapat saudara” atau ‘ menurut teori tertentu”. Frase yang pertama sukar diuji mutunya, setidak-tidaknya sukar diperbandingkan atau lingkupan variasi kriterianya sangat luas. Frase yang kedua lebih jelas standarnya untuk mempermudah mengetahui tingkat kemampuan evaluasi seseorang, item tesnya harus menyebutkan criteria secara eksplisit.
Mengetes kecakapan evaluasi
Kecakapan seseorang setidaknya dapat dikategorikan kedalam enam tipe:
1)      Dapat memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau dokumen
2)      Dapat memberikan evaluasi satu sama lain antara asumsi, evidensi, dan kesimpulan, juga keajegan logika dan organisasinya. Dengan kecakapan ini diharapkan seseorang mampu mengenal bagian-bagian serta keterpaduannya.
3)      Dapat memahami nilai serta sudut pandang yang dipakai orang dalam mengambil suatu keputusan.
4)      Dapat mengevaluasi suatu karya dengan membandingkannya dengan karya lain yang relevan.
5)      Dapat mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan criteria yang telah ditetapkan
6)      Dapat memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan menggunakan sejumlah criteria yang eksplisit.

Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik. Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis.

Bentuk tes kognitif diantaranya;
 (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans. Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif  adalah:
a.        Ingatan,yaitu  kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan, metode.
b.       Pemahaman, yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan.
c.        Penerapan, yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring & menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur.
d.       Analisis,  Kemampuan berfikir secara logis dalam  meninjau  suatu fakta/ objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan  membandingkan, menganalisis, menemukan, mengalokasikan, membedakan, mengkategorikan.
e.        Sintesis,  Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan.
f.        Evaluasi, Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap sustu situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan, mempertimbangkan dan menentukan.


DAFTAR PUSTAKA

http://noviakimiapasca.wordpress.com/2011/05/12/taxonomi-bloom/
http://tiwitnorhidayat.blogspot.com/2012/11/perkembangan-peserta-didik-menurut.html
http://www.oocities.org/teknologipembelajaran/teori_belajar_dalam.html
http://septap.blogspot.com/2013/12/landasan-teoritis-teknologi-pendidikan.html
http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-kognitivisme-406223.html
http://surianto200477.wordpress.com/2009/09/17/teori-pembelajaran-konstruktivisme/
http://di2nsy.blogspot.com/2012/09/ranah-kognitif.html

 

Blog Template by BloggerCandy.com